MEMBANGUN PRIBADI MANDIRI BERSAMA SISLAC
Oleh: Moh. Efendi – siswa SMAN 1 Cluring Kelas XI. IPA. 2
Smaring (02/12) - Mohamad Efendi adalah merupakan siswa SMAN 1 Cluring yang telah berhasil mengjarumkan nama SMARING, Kab. Banyuwangi, dan Juga Jawa Timur lewat Ajang FLS2N Bidang seni kriya putra dan meraih medali emas tingkat Nasional di Palembang pada tahun 2015 ini. dan pada kesempatan ini Efendi, sapaan akrabnya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan pertukaran pelajar Indonesia - Singapura yang dilangsungkan di Bandung beberapa waktu yang lalu, dan berikut pengalamannya yang diceritakan dalam tulisan ini.
Singapore
Indonesia Student Leaders Adventure Camp (SISLAC),
Adalah sebuah kegiatan yang di selenggarakan oleh Derektorat
Pembinaan SMA yang
bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Singapore.
Sebanyak lima puluh siswa tingkat SMA dari berbagai daerah di Indonesia
mengikuti acara Sislac (Singapore-Indonesia Student Leaders Adventure Camp)
yang berlangsung tanggal 8 s.d 13 November 2015 di Hotel Harper Purwakarta dan
Marbella Suites Bandung.
SISLAC
merupakan kegiatan pertukaran pelajar yang diimplementasikan oleh kedua negara
(Indonesia dan Singapura) dengan tujuan untuk mempererat hubungan persahabatan,
meningkatkan rasa saling pengertian, menghargai perbedaan, memupuk kekompakan
dan kepedulian antar sesama yang akan berdampak pada hubungan kedua negara di
masa yang akan datang. Materi pembekalan yang berlangsung di Dago’s Hill Hotel
pada hari Kamis s.d Sabtu 5 s.d November 2015, terdiri dari pembinaan karakter,
keterampilan berkomunikasi, dan materi tentang budaya Indonesia. Ketiga materi
yang diterima oleh siswa ini diaplikasikan dalam bentuk kegiatan diantaranya
ice breaking (pengenalan diri), forum group discussion (membuat country
presentation), dan cultural performance (penampilan seni budaya).
Kegiatan
SISLAC (Singapore Indonesia Student Leaders Adventure Camp) bukan hanya di
dalam ruangan tetapi juga di luar ruangan, seperti : Workshop aksara sunda,
tour and Workshop of Ceramics, Workshop
wayang golek, pencak silat, wayang tavip, Educational Trip at Bosscha, Selasar
Sunaryo and WOT batu, C-59 factory, Saung angklung Udjo, Museum Geologi, Museum
Asia Afrika, and Kartika Sari.
Workshop
aksara sunda dilakukan di Pendopo Purwokarta sesudah acara Opening Ceremony
SISLAC 2015. Di sana kami mempelajari bagaimana sih sejarah dari aksara sunda
yang dijelaskan oleh kakak-kakak dari Celah Celah Langit dan mempraktekkan
aksara sunda secara langsung di atas pin yang terbuat dari bambu yang kemudian
ditebalkan dengan tinta timbul beraneka warna.
Tour and
Workshop of Ceramics di Desa Plered. Plered merupakan tempat penghasil
kerajinan keramik. Peserta SISLAC bisa membuat dan mewarnai secara langsung.
Hasil dari kerajianan yang setelah diwarnai boleh dibawa pulang oleh para
peserta. Workshop wayang golek yang diikuti rombongan SISLAC yang bertempat di
Citaresmi. Peserta bisa memegang wayang golek secara langsung. Acara
selanjutnya yaitu latihan bersama pencak silat dan menonton, membuat, dan
mempraktekkan wayang tavip yang dibuatnya sndiri. Wayang tavip yaitu wayang
yang bahan dasarnya dari plastik khususnya dari sampah plastik tembus pandang.
Bukan hanya
kita mengetahui kebudayaan Indonesia saja, tetapi kita diajak untuk belajar di
Bosscha. Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang
tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha dibangun oleh Nederlandsch-Indische
Sterrenkundige Vereeniging atau Perhimpunan Bintang Hindia Belanda.
Lepas dari
pembelajaran di Bosscha, kami melanjutkan di Selasar Sunaryo. Selasar Sunaryo
merupakan sejenis galeri karya Pak Sunaryo. Kemudian tak jauh dari Selasar
Sunaryo, kami mengunjungi WOT Batu. WOT Batu juga tempat milik Pak Sunaryo ,
dimana di WOT Batu pengunjung dibuat terkesima dengan susunan batu besar yang
tersusun sangat indah. WOT Batu terdapat 4 elemen yaitu, elemen api, air, angin,
dan tanah.
Saung
Angklung Udjo (SAU) adalah suatu tempat yang merupakan tempat pertunjukan,
pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu.
Selain itu, SAU mempunyai tujuan sebagai laboratorium kependidikan dan pusat
belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda dan khususnya angklung.
Nah,
setelah mengetahui beberapa kegiatan SISLAC (Singapore-Indonesia Student
Leaders Adventure Camp), diharapkan kita mengenal dan melestarikan kebudayaan
yang hampir punah. Amat disayangkan jika kebudayaan sendiri hilang tanpa jejak.
Kalau tidak dimulai dari diri kita, siapa lagi yang akan menjaganya.
Maka dari
itu, janganlah kita hanya mengutamakan kebudayaan asing yang sudah terlanjur
melekat setiap remaja. Jadikan kebudayaan sendiri menjadi kebudayaan yang utama. (effendi//).
foto;doc.pribadi-moh.efendi